Diduakan, kata ini sudah tak asing lagi untuk
kita. Apa yang kalian pikirkan jika mendengar ini? Marah kah? Jengkel kah? Atau
bahkan tidak terima? Yaa semua manusia normal dibumi ini pasti tidak ingin
diduakan. Hanya dengan mendengar kata ini saja mungkin sebagian orang akan
merasakan ketidaknyamanan karena di pikiran mereka jika seseorang berniat untuk
mendua atau telah diduakan maka ada kesan tak setia didalamnya.
Disaat kita telah
memilih untuk mencintai seseorang dengan tulus namun orang yang kita cintai
berniat untuk MENDUAkan kita dengan orang lain pastilah yang kita rasakan
adalah rasa marah, tidak percaya, dan tidak terima dengan keputusan itu.
mungkin kita akan berontak, menyalahkan orang yang dulunya kita percayai bahwa
dia tidak akan setega itu melakukan ini pada kita, atau bahkan menyalahkan diri
sendiri. Pasti kalian punya jawaban masing-masing jika ada yang bertanya
“apakah kamu mau diduakan?”.
Namun pernahkah kalian
berfikir, seberapa setia kita pada-NYA? Pikir lagi apakah kita sudah yakin
tidak menduakan-NYA?. Jika kalian menyakan hal seperti ini pada saya, maka yang
bisa saya lakukan adalah merintih dalam tangisan yang berdosa. Dulu ketika saya
masih dalam keadaan BUTA dan sisodorkan pertanyaan seperti ini maka saya akan
menjawab dengan tegas “TIDAK, saya tidak pernah menduakannya. Dari lahir sampai
sekarang saya masih islam kok”
Setelah melewati
perjalanan hidup yang mentakdirkanku untuk merubah semuanya. Disitu saya sadar
bahwa tidak perlu kita murtad dulu terus kita dibilang tidak menduakan-NYA
bahkan ketika kita mencintai seseorang (makhluk-NYA) dengan segenap hati
melebihi cinta kita kepada-NYA, menaruhnya di hati yang terdalam, nyaman
dengannya melebihi kenyamananmu dengan-NYA itu lah sudah yang disebut
menduakan-NYA.
Saya pernah masuk dalam
dosa terbesarku yaitu menduakan-NYA, mencitai seseorang bertahun-tahun, berbuat
maksiat (pacaran), mencintainya melebihi apapun. Hingga akhirnya DIA
mengirimkanku sebuah hadiah TERINDAH dan BERHARGA yakni UJIAN. DIA membolak
balikan hatiku, menggulingkannya seperti omabak yang menghantam batu karang.
Hingga akhirnya yang kurasakan hanya NERAKA. Neraka yang kusebut penyiksaan
batin, berhari-hari bahkan bulan saya merasakan penyiksaan batin ini sampai
akhirnya dia membuka hatiku. Dia berikan jawaban dan tanda-tanda bahwa
sebenarnya DIA telah merindukaku dan menginginkanku untuk kembali pada-NYA.
Apalagi yang bisa
kulakukan jika bukan menangis, tangisan yang berisi rasa penyesalan yang tiada
akhir ini tidak akan membuktikan apa-apa pada-NYA. Bahkan beribu-ribu kali saya
mengatakan cinta kepada-NYA tidak akan membalas cinta-NYA yag tulus itu padaku.
Menjadi seseorang yang telah mendua itu cukup membuat saya merasa menjadi orang
jahat. Sampai akhirnya DIA menyadarkan ku kembali bahwa jika nafas ini belum
sampai di tenggorokan dan matahari belum terbit dari barat maka pintu
taubat-NYA akan terus terbuka lebar bagi hamba-hamba-NYA. Maha baik engkau ya
RABB ku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar