A.
Pendidikan sebagai sistem
1.
Pengertian sistem
Banyak
definisi yang digunakan untuk menjelaskan arti kata “sistem”, di antaranya
sebgai berikut:
a. Sitem
adalah suatu kebulatan keseluruhan yang kompleks atau teroganisir; sutu himpunan atau perpaduan hal-hal atau
bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau
utuh. (Tatang M, 1992: 10.)
b. Sistem
merupakan himpunan kompunen yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi
untuk mencapai suatu tujuan. (Tatang M, 1992: 10.)
c. Sistem
merupakan sehimpunan atau subsistem yang terorganisasikan dan berkaitan sesuai
dengan rencana untuk mencapai suatu tujuan tertentu. (Tatang M, 1992: 11.)
Walaupun
mempunyai arti yang berbeda namun ada beberapa titik kesamaan dari ketiga
definisi tersebut salah satunya setiap sistem dirancang untuk mencapai suatu tujuan
sistem, dalam sebuah sistem terdapat kompunen, tujuan, dan ada juga hambatan.
Ada sebuah ilustrasi untuk memmperjelas tetang
sistem, kita ambil contohnya dari lalu lintas jalan raya.
Menggambarkn
lalu lintas raya sebagai sebuah sistem. tujuan diaturannya lalu lintas jalan raya adalah
memperlancar hubungan transportasi antara tempat yang satu dengan tempat yang
lain. Tujuan tersebut dapat dicapai jika ditunjang dengan kompunen, antara lain: jaringan
jalanan yang dapat dilalui berbagai jenis kendaraan. Macam- macam jenis
kederaan dan pemakai jalanan yang berbeda sifat dan wataknya. Dan berbagai peraturan
yang harus dipatuhi oleh pengguna jalan misalnya jika berjalan haruslah sebelah
kiri dan ambulans harus di dahulukan.
Ada
berbagai jaringan yang harus bekerja sama untuk membantu kelancaran sebuah
sistem contohnya polisi lalu lintas dan staf pengadilan perkara pelanggaran
lalu lintas.
Adanya
saling pengaruh antara sebuah kompunen itu sangat terlihat jelas , misalnya
jika volume jaringan jalanan tidak bertambah, sedangkan jumlah kendaraan terus
meningkat, maka kemacetan akan terjadi . dalam keadaan seperti itu, agar tujuan
sistem masih dapat tercapai maka kompunen lain terpaksa harus di ubah walaupun
belum tentu merupakan alternative terbaik.
Jika
kompunen tersebut tidak di ubah maka akan datang hambatan untuk mencapai sebuah tujuan.
Kesimpulannya
jika dalam proses untuk menjalankan sebuah sistem guna mencapai sebuah tujuan
social diperlukan komponen-komponen pendukung,dan apabila komponen tersebut
tidak sesuai dengan syarat maka diharuskan untuk mengganti komponen tersebut
dengan yang baru walaupun bisa jadi itu bukan merupakan alternative yang
terbaik, itu di lakukan agar tidak terjadi hambatan untuk mencapai sebuah
tujuan sistem.
2.
Pendidikan sebagai sebuah sistem terdiri dari sejumlah komponen. Ada
sebuah pengandaian yang dilakukan Toffler untuk menjelaskan komponen dari
sistem pendidikan.
Toffler
(1970) menganalogikan sekolah dengan sebuah pabrik. Memang pada dasarnya sebuah
usaha sekolah tidak bias disamakan dengan pabrik. Tetapi jika dilihat dari segi
mekanisme keduanya ada persamaan. Misalnya, sebuah pabrik gula yang tujuan
didirikannya untuk memproduksi gula. Untuk dapat memproduksi gula pabrik
tersebut membutuhkan bahan mentah (raw input) berupa tebu atau bahan lainnya. Untuk memproses tebu
membutuh gula sebgai bahan keluaran (out put) diperlukan mesin-mesin
penggilingan dan perangkat lainnya
yang di tangani oleh para pekerja.
Sarana
dan prasarana, ketenaga kerjaan, program, dan administrasi yang diperlukan
untuk pemrosesan bahan mentah seperti
yang dikemukakan di atas merupakan masukan instrumental (instrumental input) .
Bukan
hanya itu. Jika persoalan merembet ke faktor lingkungan, maka mungkin sekali
faktor budaya, sosial, dan keamanan, merupakan factor yang dapat menunjang
atapun menghambat. Segenap lingkungan yang berpengaruh terhadap pemrosesan masukan
mentah itu disebut sebgai masukan llingkungan (environmental input). Dari uraian tersebut terlihat
bahwa komponen-komponen yang menunjang sistem pabrik meliputi:
a. Masukan
mentah (raw input)
b. Masukan
instrumental (instrumental input)
c. Masukan
linngkungan ( environmental input)
Jika
dalam sistem pendidikan siswa baru atau sistem baru merupakan masukan mentah (raw input). Guru dan tenaga
nonguru, aministrasi sekolah, kurikulum, anggaran pendidikan, prasarana dan
sarana merupakan masukan instrumental (instrumental input). Yang memungkinkan dilaksanakan pemrosesan
masuka mentah menjadi tamatan (out
put). Corak budaya dan kondisi ekonomi masyarakat sekitar, kependdukan,
politik, dan keamanan Negara merupakan factor lingkungan atau masukan
lingkungan (environmental
input) yang secara langsung atau tidak langsung barpengaruh tehadap
berperannya masukan instrumental dalam pemrosesan masukan mentah.
|
3.
Hubungan sistem pendidikan dengan sistem
lain dan perubahan kedudukan dari sistem
Di
bagian terdahulu telah dijelaskan bahwa factor ekonomi, politik, social budaya
sebagai komponen masukan lingkungan (environmental input) dari sistem
pendidikan. Pada bagian ini faktor-faktor yang dpat berubah menjadi sistem dan
dapat berdiri sendiri sederajat dengan sistem pendidikan. Komponen tersebut
dapat menjadi sebuah sistem apabila kkomponen tersebut dapat dilihat tersendiri
dan ternyata terdiri dari sejumlah sub-sistem. jadi sistem pendidikan dapat
dilihat dalam ruang lingkup mikro dan makro.
|
|||
Sebagai
sub sistem, bidang ekonomi, pendidikan, dan politik masing-masing sebagai
sistem. pendidikan nonformal, pendidikan
formal, dan pendidikan informal merupakan subsistem dari bidang pendidikan sebagai sistem dan
seterusnya.
4.
Pemecahan masalah pendidikan dengan cara
sistematik
a.
Analisis sistem
Pengunaan
analisis sistem dalam pendidikan dimaksudkan untuk memaksimalkan pencapaian
tujuan pendidikan dengan cara yang efisien dan efektif.
Prisin
utama dalam penggunaan analisis sistem ialah: bahwa kita mempersyaratkan untuk
berfikir sistematik,artinya kita harus memperhitungkan segenap komponen yang
terlibat dalam maslah pendidikan yang akan dipecahkan. Cara demikian
memungkinkan kita untuk tidak terburu-buru mengambil keputusan setelah melihat
suatu alternative sebagai satu-satunya yang dapat digunakan. Jika seorang guru
mendapati muridnya sering absen disekolah, tidak semestinya menetapkan cara
pemecahan dengan mengambil keputusan untuk menghukumnya, dengan dalih bahwa
murid itu pemalas. Cara demikian sangat tidak bijaksana karena tidak didasari
dengan cara pemecahan sistematik. Seorang guru yang menempuh penyelesaian
dengan cara sistematik (menyeluruh) pertama-tama akan menyelidiki semua hal yang
diperkirakan sebagai factor anak tersebut sering absen belajar. ia akan mencari
informasi apakah anak itu memang benar pemalas (komponen siswa), ataukah ada
guru yang tidak disukainya (komponen guru), atau ada sejumlah mata pelajaran
yang tidak dia sukai (komponen kurikulum), atau juga bukan karena factor dari
sekolah melainkan factor luar lingkungan sekolah.
Berdasarkan
pelacakan yang seksama terhadap hal-hal yang mungkin menjadi penyebab,
ditemukanllah bahwa murid tersebut banyak absen kerena diberi tugas oleh
pamannya tempat menumpang murid itu,untuk membantu menyiapkan kedai nasi
sehingga waktu belajar tersita.
Jika
demikian keadaannya, maka dilakukanlah pendekatan terhadap paman anak tersebut
agar diberikan waktu yang cukup untuknya agar bias belajar dan tidak harus
menghukumnya.
Apa
yang digambarkan diatas menunjukan komponen bahwa untuk dapat memecahkan maslah
pendidikan, berbagai komponen dalam pendidikan harus dikenali secara tuntas,
agar dapat ditemukan komponen-komponen mana yang mengandungkelemahan dan perlu
dan perlu dibenahi serta dikembangkan. Dengan demikian segenap komponen dapat
berfungsi secara penuh.
Kadang-kadang
bias terjadi bahwa kondisi semua komponen pendukung sistem pendidikan sudah
baik. Mungkin yang belum baik adalah hubungan antar komponen. Jika terjadi hal
yang demikian maka usaha perbaikan antar
komponen cukup diarahkan kepada perbaikan hubungan antar komponen, sedangkan
komponennya sendiri tidak perlu.
Dengan
demikina jika tujuan sistem tidak tercapai sepenuhnya, maka bias diusakan:
a. Menemukan
komponen yang mengandung kelemahan
b. Menemukan
hubungan antar komponen yang mengandung kelemahan dan
c. Me,perbaiki
komponen dan ataupun hubungan antar komponen yang lemah tersebut.
Disini
dapat ditemukan alternative pemecahan. Jadi tidak usah komponen dan hubungan
antar komponen secara keseluruhan harus diganti dengan yang baru. Disinilah
arti efesien dan efektifitas analisis sistem. hal ini tidak berarti bahwa
perbaikan sistem pendidikan selalu bersifat persial, seperti telah digambarkan.
Dalam
situasi dan kondisi tersendiri tidak mustahil analisis terhadap pendidikan
menghasilkan keputusan tentang perlunya diadakn perombakam sistem secara total. Hal ini terjadi misalnya
jika komponen-komponen pokok sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan umum
situasi, dan hubungan antarkomponen tidak lagi dapat terlaksana secara baik.
Dalam keadaan demikian sitem secara keseluruhan harus diganti, sebab perbaikan
terhadap komponen-komponen tertentu saja hanya merupakan usaha tambal sulam
yang justru sangat boros.
Penggunaan
analisis sistem dalam pendidikan tidak saja barguna untuk meemecahkan
masalah-masalah pendidikan dalam ruang lingkungan mikro tetapi juga makro.
d.
Saling hubungan antar komponen
Komponen
–komponen yang baik menunjang terbentuknya suatu sistem yang baik. Tetapi
komponen yang baik saja belum menjamin tercapainya tujuan sistem secara
optimal, manakala komponen tersebut tidak berhubungan secara fungsional dengan
komponen secara fungsional dengan komponen yang lain.
Hubungan
fungsional antarkomponen ini berupa hubungan bersifat dinamis antar
komponen–komponen dan gerak fungsi dari seluruh komponen terarah kepada tujuan
sistem. ibarat tubuh kita (sebagai sitem) bertujuan untuk mempertahankan hidup.
Tujuan tersebut dapat tercapai berkat fungsi paru-paru, jntung, dan organ tubuh
lainnya.masalah hubungan fungsional atar komponen-komponen ini memegang peranan
penting dalam menentukan keberhasilan suatu sistem dalam mencapai tujuannya.
Tanpa ada hubungan yang fungsional antar komponen, suatu komponen yang baik
kondisinya praktis tidak mempunyai arti dalam pencapaian tujuan sistem.
Selanjutnya,
andaikan hubungan yang dimaksud cukup lancer ttetapi hanya berlangsung demikian
saja “asal dinamis” dan membias dari arah tujuan sistem, maka hubungan semacam
itu belum pula bersifat fungsional sebab tidak akan berjalan lancar.
Dilihat
dari segi pencapaian tujuan, pada prisipnya setiap sistem dibangun dengan
,aksud untuk mencapai tujuan secara optimal, jika optimasi pencapaian tujuan tetap
di pertahankan sedangkan masih terdapat komponen yang kurang baik atau komponen
yang berubah, logikanya harus ada komponen yang dapat mengimbangi. Atau menutup
kekurangan dengan menggantikan fungsi dari komponen yang pertama tadi, jika
tidak maka target pencapian tujuan tidak akan tercapai.
SISTEM
e.
Hubungan
Sisten dengan Supresistem
Telah
dijelaskan bahwa di dalam suatu sistem, atau komponen-komponen saling
berhubung. Dalam ruang lingkup yang besar (ruang lingkup makro) terlihat pula
sistem yang saling berhubungan dengan sistem lain. Hal ini wajar, oleh karne
pada dasarnya setiap sistem itu hanya merupakan satu aspek dari kehidupan.
Sedangkan segenap segi kehidupan itu kita butuhkan, sehingga semuanya
memerlukan pembinaan dan pengambangan. Misalnya sistem ekonomi, sistem politik,
dan sistem pendidikan, satu samalain tidak dapat di pisahkan. Antara sistem
tersebut terdapathubungan fungsional yang bersifat saling menunjang.
Berdasarkan itu pula maka sistem pendidikan hanya dapat terbina dan berkembang
dengan baik. Apabila strategi pengembangannya mengindahkan pengembangan yang
terjadi pada sistem-sistem yang lain. Sistem-sistrem tersebut secara
keseluruhan membentuk supra sistem. jelasnya pembangunan sistem pendidikan
nasiaonal (sistem) hanya akan berhasil jika mengacu kepada pembangunan nasional
secara keseluruhan (supra sistem).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar