Minggu, 15 Maret 2015

PENGANTAR PENDIDIKAN



A.                Pendidikan sebagai sistem
1.                  Pengertian sistem
Banyak definisi yang digunakan untuk menjelaskan arti kata “sistem”, di antaranya sebgai berikut:

a.       Sitem adalah suatu kebulatan keseluruhan yang kompleks atau teroganisir;  sutu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau utuh. (Tatang M, 1992: 10.)
b.      Sistem merupakan himpunan kompunen yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan. (Tatang M, 1992: 10.)
c.       Sistem merupakan sehimpunan atau subsistem yang terorganisasikan dan berkaitan sesuai dengan rencana untuk mencapai suatu tujuan tertentu. (Tatang M, 1992: 11.)
Walaupun mempunyai arti yang berbeda namun ada beberapa titik kesamaan dari ketiga definisi tersebut salah satunya setiap sistem dirancang untuk mencapai suatu tujuan sistem, dalam sebuah sistem terdapat kompunen, tujuan, dan ada juga hambatan.
 Ada sebuah ilustrasi untuk memmperjelas tetang sistem, kita ambil contohnya dari  lalu lintas jalan raya.
Menggambarkn lalu lintas raya sebagai sebuah sistem. tujuan diaturannya lalu lintas jalan raya adalah memperlancar hubungan transportasi antara tempat yang satu dengan tempat yang lain. Tujuan tersebut dapat dicapai jika ditunjang dengan kompunen, antara lain: jaringan jalanan yang dapat dilalui berbagai jenis kendaraan. Macam- macam jenis kederaan dan pemakai jalanan yang berbeda sifat dan wataknya. Dan berbagai peraturan yang harus dipatuhi oleh pengguna jalan misalnya jika berjalan haruslah sebelah kiri dan ambulans harus di dahulukan.
Ada berbagai jaringan yang harus bekerja sama untuk membantu kelancaran sebuah sistem contohnya polisi lalu lintas dan staf pengadilan perkara pelanggaran lalu lintas.
Adanya saling pengaruh antara sebuah kompunen itu sangat terlihat jelas , misalnya jika volume jaringan jalanan tidak bertambah, sedangkan jumlah kendaraan terus meningkat, maka kemacetan akan terjadi . dalam keadaan seperti itu, agar tujuan sistem masih dapat tercapai maka kompunen lain terpaksa harus di ubah walaupun belum tentu merupakan alternative terbaik.
Jika kompunen tersebut tidak di ubah maka akan datang hambatan  untuk mencapai sebuah tujuan.
Kesimpulannya jika dalam proses untuk menjalankan sebuah sistem guna mencapai sebuah tujuan social diperlukan komponen-komponen pendukung,dan apabila komponen tersebut tidak sesuai dengan syarat maka diharuskan untuk mengganti komponen tersebut dengan yang baru walaupun bisa jadi itu bukan merupakan alternative yang terbaik, itu di lakukan agar tidak terjadi hambatan untuk mencapai sebuah tujuan sistem.

2.                  Pendidikan sebagai sebuah  sistem terdiri dari sejumlah komponen. Ada sebuah pengandaian yang dilakukan Toffler untuk menjelaskan komponen dari sistem pendidikan.
Toffler (1970) menganalogikan sekolah dengan sebuah pabrik. Memang pada dasarnya sebuah usaha sekolah tidak bias disamakan dengan pabrik. Tetapi jika dilihat dari segi mekanisme keduanya ada persamaan. Misalnya, sebuah pabrik gula yang tujuan didirikannya untuk memproduksi gula. Untuk dapat memproduksi gula pabrik tersebut membutuhkan bahan mentah (raw input) berupa tebu atau bahan lainnya. Untuk memproses tebu membutuh gula sebgai bahan keluaran (out put) diperlukan mesin-mesin  penggilingan dan perangkat lainnya  yang di tangani oleh para pekerja.
Sarana dan prasarana, ketenaga kerjaan, program, dan administrasi yang diperlukan untuk pemrosesan bahan  mentah seperti yang dikemukakan di atas merupakan masukan instrumental (instrumental input) .
Bukan hanya itu. Jika persoalan merembet ke faktor lingkungan, maka mungkin sekali faktor budaya, sosial, dan keamanan, merupakan factor yang dapat menunjang atapun menghambat.  Segenap lingkungan   yang berpengaruh terhadap pemrosesan masukan mentah itu disebut sebgai masukan llingkungan (environmental input). Dari uraian tersebut terlihat bahwa komponen-komponen yang menunjang sistem pabrik meliputi:
a.       Masukan mentah (raw input)
b.      Masukan instrumental (instrumental input)
c.       Masukan linngkungan ( environmental input)
Jika dalam sistem pendidikan siswa baru atau sistem baru merupakan masukan mentah (raw input). Guru dan tenaga nonguru, aministrasi sekolah, kurikulum, anggaran pendidikan, prasarana dan sarana merupakan masukan instrumental (instrumental input). Yang memungkinkan dilaksanakan pemrosesan masuka mentah menjadi tamatan (out put). Corak budaya dan kondisi ekonomi masyarakat sekitar, kependdukan, politik, dan keamanan Negara merupakan factor lingkungan atau masukan lingkungan (environmental input) yang secara langsung atau tidak langsung barpengaruh tehadap berperannya masukan instrumental dalam pemrosesan masukan mentah.                                                                                                                                                                    








Oval: OUTPUT

 





ENVIRONTAL INPUT
 
                                                                                                       


3.      Hubungan sistem pendidikan dengan sistem lain dan perubahan kedudukan dari sistem
Di bagian terdahulu telah dijelaskan bahwa factor ekonomi, politik, social budaya sebagai komponen masukan lingkungan (environmental input) dari sistem pendidikan. Pada bagian ini faktor-faktor yang dpat berubah menjadi sistem dan dapat berdiri sendiri sederajat dengan sistem pendidikan. Komponen tersebut dapat menjadi sebuah sistem apabila kkomponen tersebut dapat dilihat tersendiri dan ternyata terdiri dari sejumlah sub-sistem. jadi sistem pendidikan dapat dilihat dalam ruang lingkup mikro dan makro.



           






MASYARAKAT
 


 







                                                                                                                                     

Sebagai sub sistem, bidang ekonomi, pendidikan, dan politik masing-masing sebagai sistem. pendidikan nonformal, pendidikan  formal, dan pendidikan informal merupakan subsistem  dari bidang pendidikan sebagai sistem dan seterusnya.
4.      Pemecahan masalah pendidikan dengan cara sistematik
a.       Analisis sistem
Pengunaan analisis sistem dalam pendidikan dimaksudkan untuk memaksimalkan pencapaian tujuan pendidikan dengan cara yang efisien dan efektif.

Prisin utama dalam penggunaan analisis sistem ialah: bahwa kita mempersyaratkan untuk berfikir sistematik,artinya kita harus memperhitungkan segenap komponen yang terlibat dalam maslah pendidikan yang akan dipecahkan. Cara demikian memungkinkan kita untuk tidak terburu-buru mengambil keputusan setelah melihat suatu alternative sebagai satu-satunya yang dapat digunakan. Jika seorang guru mendapati muridnya sering absen disekolah, tidak semestinya menetapkan cara pemecahan dengan mengambil keputusan untuk menghukumnya, dengan dalih bahwa murid itu pemalas. Cara demikian sangat tidak bijaksana karena tidak didasari dengan cara pemecahan sistematik. Seorang guru yang menempuh penyelesaian dengan cara sistematik (menyeluruh) pertama-tama akan menyelidiki semua hal yang diperkirakan sebagai factor anak tersebut sering absen belajar. ia akan mencari informasi apakah anak itu memang benar pemalas (komponen siswa), ataukah ada guru yang tidak disukainya (komponen guru), atau ada sejumlah mata pelajaran yang tidak dia sukai (komponen kurikulum), atau juga bukan karena factor dari sekolah melainkan factor luar lingkungan sekolah.
Berdasarkan pelacakan yang seksama terhadap hal-hal yang mungkin menjadi penyebab, ditemukanllah bahwa murid tersebut banyak absen kerena diberi tugas oleh pamannya tempat menumpang murid itu,untuk membantu menyiapkan kedai nasi sehingga waktu belajar tersita.
Jika demikian keadaannya, maka dilakukanlah pendekatan terhadap paman anak tersebut agar diberikan waktu yang cukup untuknya agar bias belajar dan tidak harus menghukumnya.
Apa yang digambarkan diatas menunjukan komponen bahwa untuk dapat memecahkan maslah pendidikan, berbagai komponen dalam pendidikan harus dikenali secara tuntas, agar dapat ditemukan komponen-komponen mana yang mengandungkelemahan dan perlu dan perlu dibenahi serta dikembangkan. Dengan demikian segenap komponen dapat berfungsi secara penuh.
Kadang-kadang bias terjadi bahwa kondisi semua komponen pendukung sistem pendidikan sudah baik. Mungkin yang belum baik adalah hubungan antar komponen. Jika terjadi hal yang demikian  maka usaha perbaikan antar komponen cukup diarahkan kepada perbaikan hubungan antar komponen, sedangkan komponennya sendiri tidak perlu.
Dengan demikina jika tujuan sistem tidak tercapai sepenuhnya, maka bias diusakan:
a.       Menemukan komponen yang mengandung kelemahan
b.      Menemukan hubungan antar komponen yang mengandung kelemahan dan
c.       Me,perbaiki komponen dan ataupun hubungan antar komponen yang lemah tersebut.
Disini dapat ditemukan alternative pemecahan. Jadi tidak usah komponen dan hubungan antar komponen secara keseluruhan harus diganti dengan yang baru. Disinilah arti efesien dan efektifitas analisis sistem. hal ini tidak berarti bahwa perbaikan sistem pendidikan selalu bersifat persial, seperti telah digambarkan.
Dalam situasi dan kondisi tersendiri tidak mustahil analisis terhadap pendidikan menghasilkan keputusan tentang perlunya diadakn perombakam  sistem secara total. Hal ini terjadi misalnya jika komponen-komponen pokok sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan umum situasi, dan hubungan antarkomponen tidak lagi dapat terlaksana secara baik. Dalam keadaan demikian sitem secara keseluruhan harus diganti, sebab perbaikan terhadap komponen-komponen tertentu saja hanya merupakan usaha tambal sulam yang justru sangat boros.
Penggunaan analisis sistem dalam pendidikan tidak saja barguna untuk meemecahkan masalah-masalah pendidikan dalam ruang lingkungan mikro tetapi juga makro.

d.      Saling hubungan antar komponen
Komponen –komponen yang baik menunjang terbentuknya suatu sistem yang baik. Tetapi komponen yang baik saja belum menjamin tercapainya tujuan sistem secara optimal, manakala komponen tersebut tidak berhubungan secara fungsional dengan komponen secara fungsional dengan komponen yang lain.
Hubungan fungsional antarkomponen ini berupa hubungan bersifat dinamis antar komponen–komponen dan gerak fungsi dari seluruh komponen terarah kepada tujuan sistem. ibarat tubuh kita (sebagai sitem) bertujuan untuk mempertahankan hidup. Tujuan tersebut dapat tercapai berkat fungsi paru-paru, jntung, dan organ tubuh lainnya.masalah hubungan fungsional atar komponen-komponen ini memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan suatu sistem dalam mencapai tujuannya. Tanpa ada hubungan yang fungsional antar komponen, suatu komponen yang baik kondisinya praktis tidak mempunyai arti dalam pencapaian tujuan sistem.
Selanjutnya, andaikan hubungan yang dimaksud cukup lancer ttetapi hanya berlangsung demikian saja “asal dinamis” dan membias dari arah tujuan sistem, maka hubungan semacam itu belum pula bersifat fungsional sebab tidak akan berjalan lancar.
Dilihat dari segi pencapaian tujuan, pada prisipnya setiap sistem dibangun dengan ,aksud untuk mencapai tujuan secara optimal, jika optimasi pencapaian tujuan tetap di pertahankan sedangkan masih terdapat komponen yang kurang baik atau komponen yang berubah, logikanya harus ada komponen yang dapat mengimbangi. Atau menutup kekurangan dengan menggantikan fungsi dari komponen yang pertama tadi, jika tidak maka target pencapian tujuan tidak akan tercapai.
                                SISTEM
            


Flowchart: Connector: KOMPONEN 1










e.     




 Hubungan Sisten dengan Supresistem
Telah dijelaskan bahwa di dalam suatu sistem, atau komponen-komponen saling berhubung. Dalam ruang lingkup yang besar (ruang lingkup makro) terlihat pula sistem yang saling berhubungan dengan sistem lain. Hal ini wajar, oleh karne pada dasarnya setiap sistem itu hanya merupakan satu aspek dari kehidupan. Sedangkan segenap segi kehidupan itu kita butuhkan, sehingga semuanya memerlukan pembinaan dan pengambangan. Misalnya sistem ekonomi, sistem politik, dan sistem pendidikan, satu samalain tidak dapat di pisahkan. Antara sistem tersebut terdapathubungan fungsional yang bersifat saling menunjang. Berdasarkan itu pula maka sistem pendidikan hanya dapat terbina dan berkembang dengan baik. Apabila strategi pengembangannya mengindahkan pengembangan yang terjadi pada sistem-sistem yang lain. Sistem-sistrem tersebut secara keseluruhan membentuk supra sistem. jelasnya pembangunan sistem pendidikan nasiaonal (sistem) hanya akan berhasil jika mengacu kepada pembangunan nasional secara keseluruhan (supra sistem).

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar